Kisah Motivasi Tentang Tukang Sol Sepatu - Berikut ini adalah contoh kisah Kisah Motivasi Tentang Tukang Sol Sepatu yang aktivitas guru ambil dan fb disini aktivitas guru hanya share semoga ada manfaatnya , berikut adalah kisahnya
Mang Udin, adalah seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang biasa
disebut tukang sol. Setiap pagi dia melangkahkan kakinya meninggalkan
anak dan istrinya yang berharap nanti sore hari, mang Udin membawa uang
untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri
jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu
orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal
perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat
order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak
dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang
tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah
dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling
menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat.
Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid
tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung
nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak
punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi
mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan
belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda.
Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan
lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas
pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa
Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui
bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang
dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat
rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa
lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh
melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita
jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak
menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak
berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang
saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang
tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang
Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat
sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik
Demikian Kisah Motivasi Tentang Tukang Sol Sepatu , semoga kita bisa mengambil hikmahnya